Benarkah Azab Kubur Ditunda Saat Ramadhan
Advertisement
FIQH AKTUAL | Karena kemuliaan bulan Ramadan, sampai - sampai azab di alam barzakh atau alam kubur juga ditiadakan. Bahkan, bagi orang yang meninggal saat Ramadan, malaikat juga menunda pertanyaan kuburnya. Benarkah ? Berikut penjelasannya.
Azab kubur dan kenikmatannya adalah perkara yang gaib yang hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu. Namun, ada sebuah keterangan dalam kitab Bariqah Mahmudiyah fi Syarh Thariqah Muhammadiyah wa Syari'ah Nabawiyah 1/427 dan kitab Faidh Al Qodir 4/408 yang mengutpi dari kibat Bahr Al Kalam bahwa azab kubur dihentikan setiap hari jumat dan bulan Ramadan.
Al Imam Ibnu Rajab dalam Ahwal Al Qubur 1/105 dalam sub judul Hal yurfa' al-azab fi ba'di al-Auqat 'an ahlil qubur secara ringkas sekali menulis : "Terkadang azab kubur dihentikan pada beberapa bulan yang mulia, telah diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa azab kubur atas orang yang meninggal dihentikan pada bulan Ramadan, demikian pula fitnah kubur ditiadakan bagi orang yang mati pada hari jumat atau malam Jumat".
MASIH DIPERDEBATKAN
Ustad Arifin Ilham mengatakan bahwa hingga saat ini, masih terjadi perdebatan di antara para ulama mengenai penundaan atau penghapusan siksa kubur bagi orang yang sudah meninggal ketika di bulan suci Ramadan. Menurut beberapa hali, banyak yang mengatakan bahwa penghapusan siksa kubur itu masih belum dilandasi dalil yang jelas, "Jika ini kemudian menjadi motivasi dan pembelajaran kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, maka akan menjadi lebih baik lagi. Setidaknya kelak kita tidak meninggal dengan membawa penuh dosa dalam diri kita.
Dosa telah ditakdirkan pada manusia dan pasti terjadi. Allah SWT telah mensyariatkan faktor - faktor penyebab dosanya, agar hatinya slealu bergantung kepada Rabb-nya, selalu menganggap dirinya sarat dengan kekurangan, senantiasa berintrospeksi diri, jauh dari sifat ujub (mengagumi diri sendiri), ghurur (terperdaya dengan amalan pribadi) dan kesombongan," paparnya
Dikatakan, di bulan Ramadan dosa - dosa banyak diampuni, karena bulan itu merupakan bulan yang penuh rahmat, ampunan, pembebasan dari neraka dan bulan untuk melakukan kebaikan. Bulan Ramadan juga merupakan bulan kesabaran yang pahalanya adalah surga. Rasulullah SAW dalam hadis Qudsi menyatakan : "Wahai anak keturunan Adam, seandainya kamu membawa dosa sepenuh bumi kemudian kamu menjumpai-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Ku ( tidak berbuat syirik ), tentu saja Aku akan membawakan untukmu sepenuh bumi ampunan."
"Ini adalah keutamaan dan kemurahan dari Allah SWT dengan pengampunan seluruh dosa yang ada pada lembaran - lembaran tersebut dengan kalimat tauhid. Tentunya dosa orang yang tidak terampuni adalah ketika orang itu meninggal dalam keadaan syirik dan mempersekutukan Allah SWT," Tandasnya.
SIKSA PSIKIS
Hal yang sama dikatakan KH Muhyidin Djunaedi MSi. Dia mengatakan bahwa persoalan siksa kubur itu adalah persoalan gaib dan hanya Allah yang tahu. Namun, kita bisa menangkap informasinya dari lisan Rasulullah. Dan sampai saat ini saya tidak menemukan dalil hadis sahih yang mengatakan kalau siksa kubur itu dihentikan di bulan Ramadan. "Siksa kubur itu memang benar adanya dan hal ini juga ada dalam beberapa riwayat hadis Rasulullah. Namun, menurut pendapat saya, siksa kubur yang dimaksudkan itu bukanlah siksa kubur secara fisik, tapi secara psikis. Sebab, alam kubur itu merupakan alam penantian. Dan dalam masa penantian itulah jiwa mereka merasa tersiksa," ungkapnya.
Dikatakan, siksaan secara fisik itu datangnya pada saat yaumulhisab atau hari penghitungan sudah selesai. Yaitu, dalam neraka. Sementara ketika kita masih dalam kubur kita itu masih dalam masa penantian akan datangnya keputusan Allah. "Kalau hamba itu banyak berdosa, maka rohnya akan merasa tersiksa. Ya, setidak - tidaknya seperti para koruptor yang masih belum disidang, jadi batinnya tersiksa," tandasnya.
Ditambahkan, sepanjang pengetahuannya, tidak ada dalil atau hadis sahih yang menjelaskan tentang dihentikannya siksa kubur ketika bulan Ramadan tiba. "Sampai saat ini saya belum menemukan hadis sahih yang terkait dengan hal itu. Dan siksa kubur itu persoalan yang gaib, jadi kita tidak akan tahu kecuali ada hadis yang menceritakannya," imbuhnya
Menurut Muhyidin, kemungkinan masyarakat memakai dalil - dalil tentang fadhailula'mal (keutamaan - keutamaan amal ibadah) termasuk juga keutamaan bulan Ramadan. "Jadi, dengan memakai dalil semacam itu mereka memahami bahwa siksa kubur itu dihentikan ketika bulan Ramadan karena menghormati bulan Ramadan, padahal hadis tentang pendapat ini tidak ada yang sahih," pungkasnya
UNTUK MOTIVASI
Sementara itu, DR Hj Muzaiyyanah MA, mengatakan bahwa kehadiran bulan Ramadan Memang patut menjadi kebangaan bagi setiap umat Islam, karena di dalamnya terdapat banyak sekali keistimewaan yang dapat dirasakan oleh setiap orang muslim, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. "Saya pernah mendengar ada hadis yang menjelaskan tentang dihentikannya siksa kubur pada bulan Ramadan."
Ia menambahkan bahwa keberadaan hadis tersebut jelas mengindikasikan bahwa bulan Ramadan tidak hanya memberikan berkah kepada orang - orang yang masih hidup, melainkan juga terhadap orang yang sudah meninggal dunia, yaitu berupa keringanan siksa itu adalah lemah (dhaif) atau tidak.
"Selama hadis itu tidak bertentangan sahih dan tidak bertentangan dengan akidah, itu sah - sah saha digunakan," imbuhnya
Ia menambahkan bahwa pada dasarnya siksa kubur adalah alam gaib yang hanya Allah yang tahu dan hal itu adalah urusan Allah SWT. Akan tetapi mempercayai adanya keringanan terhadap siksa kubur pada bulan Ramadan tidak menjadi persoalan. Sebab, kalau yang menjadi ukuran kesahihan hadis yang menjelaskan benar dan tidaknya keringanan siksa kubur di bulan Ramadan itu, maka bisa jadi hadis itu adalah benar sekalipun sanadnya termasuk lemah.
"Hadis yang dipandang lemah itu belum tentu tidak benar. Oleh karena itu, selama hadis yang tersebut tidak bertentangan dengan nash dan akidah maka hadis tersebut bisa saja digunakan, karena pada hakikatnya juga tidak ada hadis yang secara tegas mengatakan bahwa siksa kubur itu berlangsung selamanya termasuk di bulan Ramadan," tambahnya.
Maka dari itu, lanjutnya karena hadis yang menjelaskan tentang adanya keringanan siksa kubur di bulan Ramadan tidak bertolakbelakang atau tidak bertentangan dengan hadis yang menjelaskan sebaliknya, maka seseorang tidak masalah mempercayai hakikat hadis itu.
"Di banyak tempat dan daerah banyak masyarakat yang mempercayai adanya keringanan siksa kubur itu di bulan Ramadan, namun walaupun demikian hal itu tidak akan menyebabkan kepada kesesatan, malah baik untuk dijadikan sebagai motivasi untuk benar - benar meyakini adanya kemuliaan bulan Ramadan sebagai salah satu jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT," pungkasnya.