Akhlak Seorang Mukmin

Advertisement
Akhlak Seorang Mukmin

FIQH AKTUAL | Suatu hari, Rasulullah SAW pernah ditanya, "Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga?" Beliau menjawab, "Bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik." (HR Tirmidzi).

Hal ini berarti pentingnya akhlak mulia bagi seorang mukmin semata-mata demi mendatangkan ridha dan cinta Allah SWT serta meraih cinta dari hamba Allah lainnya di alam fana ini. Sebagaimana Allah mencintai orang-orang yang bertakwa dan menebarkan kebaikan dalam kehidupannya.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran [3]: 133-134).

Kebajikan dan dosa adalah dua hal yang senantiasa mengiringi kehidupan manusia. An-Nawwas bin Sam'an RA bertanya tentang kebajikan dan dosa (kejahatan) kepada Rasulullah. Rasulullah pun menjawab, "Kebajikan adalah budi pekerti yang baik, sedangkan dosa (kejahatan) adalah sesuatu yang merisaukan hati, dan kamu tidak senang apabila hal itu diketahui orang lain." (HR Muslim).

Sungguh, kepribadian Rasulullah SAW merupakan suri teladan yang paling baik budi pekertinya. Anas RA pernah menceritakan, ia belum pernah memegang sutra, baik yang tebal maupun yang tipis, yang lebih halus dari tangan Rasulullah. Ia juga belum pernah mencium bau seharum bau Rasulullah SAW. Bahkan, selama 10 tahun menjadi pelayan Rasulullah, ia tidak pernah mendengar kata "hus" dari Rasulullah. Rasulullah juga tidak pernah menegurnya dengan ucapan "mengapa kamu tidak berbuat demikian?' terhadap apa yang tidak ia kerjakan. (HR Bukhari dan Muslim).

Demikian mulianya akhlak seorang mukmin sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah sebagai nabi akhir zaman. Kemuliaan akhlak Rasulullah yang tidak terbantahkan lagi salah satunya adalah selalu memperlakukan orang lain, termasuk pembantunya dengan sangat baik. Perilaku yang sangat jarang kita temukan sekarang ini.

Pada intinya, keterkaitan iman dan akhlak bagi seorang mukmin bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan karena saling melengkapi. Semakin mulia akhlak seorang mukmin maka semakin kuat keimanannya. Sebab, Rasulullah telah menjamin bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik budi pekertinya.

Maka yakinlah, orang mukmin yang memiliki akhlak mulia akan berada dekat dengan Rasulullah SAW di hari kiamat kelak serta akan merasakan agungnya cinta Allah dan cinta Rasul-Nya. Derajatnya juga terangkat sebanding dengan orang-orang yang selalu berpuasa dan qiyamul lail. "Sesungguhnya orang mukmin dengan budi pekerti yang baik dapat mengejar derajat orang yang senantiasa berpuasa dan shalat malam." (HR Abu Dawud).

Wallahu a'lam bisshawab.