Umar Menyisakan Kesenangan untuk Akhirat
Advertisement
FIQH AKTUAL | DALAM kitab Hayatush Shahabah, disebutkan bahwa Hafsh adalah salah seorang kawan dekat Khalifah Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu yang selalu menolak makan bersama dengan beliau.
Ia mengkritik makanan khalifah yang menurutnya begitu sederhana. Bahkan ia mengatakan bahwa makanan keluarganya jauh lebih baik daripada makanan Khalifah Umar.
Menanggapi sikap kawannya, Khalifah Umar berkata, "Jika aku mau, aku bisa saja menikmati makanan terbaik dan mengenakan pakaian terindah, aku tidak melakukan itu semua karena aku ingin menyisakan kesenanganku untuk hari akhirat kelak."
Khalifah yang mulia ini melakukan hal yang demikian karena mencontoh guru dan pemimpinnya yang agung yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Khalifah Umar bertutur, "Aku pernah meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku dapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar, sebagian tubuh beliau yang mulia ada diatas tanah. Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk didekatnya, hingga aku tak sanggup menahan tangisku"
"Mengapa engkau menangis, wahai putra Al-Khaththab?" tanya Rasul yang mulia.
"Bagaimana aku tidak menangis, tikar ini telah menimbulkan bekas di tubuhmu, engkau adalah Nabi Allah, kekasihNya, sementara kekayaanmu hanya ini yang aku lihat, nun jauh di sana Kisra dan Kaisar duduk di atas alas emas dan berbantalkan sutra"
Nabi berkata, "Mereka telah menyegerakan kesenangannya saat ini juga, kesenangan yang cepat berakhir, kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir kita. Perumpamaanku dengan dunia ini seperti orang yang bepergian atau safar di musim panas, ia berlindung sejenak dibawah pohon kemudian setelah itu berangkat dan meninggalkannya "Masya Allah[Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari]