Tirulah Ketabahan Ummu Sulaiman

Advertisement
Tirulah Ketabahan Ummu Sulaiman

FIQH AKTUAL | Peristiwa penting bagi setiap manusia yaitu mengawali fase pertamanya dari kelahiran kemudian pernikahan, yang terakhir kematian. 3 fase yang cukup singkat tidak akan pernah diketahui oleh manusia, karena hak tersebut sudah kodrat manusia sebagai jalan yang sudah Allah tentukan.

Diceritakan sebuah kisah yang mengharukan, sewaktu Abu Thalhah keluar dari rumah, anaknya yang sedang sakit keras menghembuskan nafas terakhirmya. Akan tetapi istrinya Ummu Sulaiman tidak mengabarinya saat pulang ke rumah dan tidak pula memperhatikan kepadanya penampilan orang yang bersedih. Ia justru melakukan sebaliknya, ia merias dirinya dan mempersiapkan makan malam untuk suaminya. Abu thalhah yang sudah lapar langsung menyantap hidangan makanan malamnya.

Sesudah itu saat melihat istrinya telah bersolek, bangkitlah birahinya dan langsung menyetubuhi istrinya. Setelah semuanya itu berlangsung, barulah Ummu Sulaiman menceritakan kepadanya dengan cara yang bijak lagi cerdas bahwa anaknya telah meninggal dunia. Pagi harinya Abu Thalhah menemui Rasulullah SAW dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi antara dirinya dan istrinya. Rasulullah SAW pun mendo’akan keberkatan bagi keduanya dalam persetubuhannya malam itu. Untuk itu, beliau SAW bersabda:
بَارَكَ اللهُ لَيْلَتُكُماَ
“Semoga Allah memberkahi malam hari yang telah kalian berdua jalani.”
Selang beberapa masa kemudian, lahirlah seorang bayi yang diberi nama Abdullah oleh Nabi SAW dan berkat do’a Nabi SAW, setelah anak itu dewasa dan telah menikah. Allah memberikannya Sembilan orang anak yang semuanya hafal Al-Quran. Kisah ini seluruhnya ada dalam Kitab Shahih Bukhari.

Alangkah bahagianya jika mempunyai seorang istri yang memiliki sifat yang sabar dan tabah lagi pintar, seperti istri Abu Thalhah yaitu Ummu Sulaiman, meskipun dia lebih mengetahui dulu bahwa anaknya telah tiada, sebagai seorang wanita sekaligus ibu dari anak tersebut, menanggapinya dengan sabar dan tabah.

Tidak dengan tangisan apalagi hingga menjerit-jerit menangisi kehilangan buah hati yang dicintainya. Karena memang hal itu dilarang oleh Islam menangisi keluarga yang meninggal hingga meronta-ronta, itu bisa diartikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas menerima takdir yang telah ditentukan. Ini tidak dilakukan oleh Ummu Sulaiman.

Seorang ibu atau wanita mana yang memiliki sifat dan sikap yang sama dengan Ummu Sulaiman pada zaman sekarang ini. Jika hal itu terjadi yang ada wanita sekarang menangis dengan meronta-ronta seperti hanya dia yang ditimpakan cobaan yang sangat besar, meskipun ada yang seperti Ummu Sulaiman itu merupakan hal yang jarang ditemukan.

Salah satu bukti yang menunjukkan perhatian islam terhadap anak semasa masih berada di dalam rahim ibunya ialah nafkah yang diperintahkan oleh islam agar diberikan kepada wanita hamil yang talak tiga. Nafkah ini sebenarnya untuk ibunya. Sebab ha nafkah bagi ibunya telah gugur dengan talak tiga yang dijatuhkan oleh sang suami kepadanya.

Seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya sebanyak tiga kali, berarti harus berpisah dengannya dan menjadi wanita lain. Ia sudah tidak memiliki hak untuk menerima nafakah atau jaminan tempat tinggal dari mantan suaminya. Demikianlah menurut pendapat yang lebih kuat dikalangan fikih. Namun, jika wanita yang bersangkutan dalam keadaan hamil, menurut kesepakatan semua ulama ia masih berhak mendapatk nafkah dari suaminya. Sehubung dengan firman Allah “…Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin,” (QS. At-Thalaq: 6)

Perhatian lain yang diberikan oleh islam kepada bayi ialah menjaganya dari hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan ke masa berada dalam rahim ibunya. Karena itu, ibu yang sedang hamil, bila merasa khawatir dengan kesehatan janinnya, diperbolehkan tidak berpuasa pada bulan ramadhan.

Adapun perhatian lain dari islam kepada bayi yang masih dalam kandungan ibunya ialah penangguhan hukuman yang harus dijalani oleh sang ibu. Jika hukuman tersebut dapat mempengaruhi atau di pastikan akan mematikan sang bayi ada dalam kandungannya maka hukuman bagi sang ibu ditangguhkan.

Lagi-lagi banyak sekali penjagaan dan keistimewaan bayi yang lahir ke dunia ini. Tanpa terkecuali wanita yang tidak sadar betul akan kesyukuran nikmat Allah yang luar biasa. Semoga wanita-wanita Muslim yang pasti akan menemukan jalannya menjadi seorang ibu, Allah berikan kekuatan dan keyakinan dalam mendidik keturunannya menjadi generasi yang akan membangkitkan dan membela islam sampai akhir hayatnya.